KECEPATAN KEPADATAN, ARUS LALU LINTAS
NAMA : WA ODE SRI WAHYUNINGSIH
NPM : 17630104
KECEPATAN
KEPADATAN, ARUS LALU LINTAS
2.1. Parameter Arus Lalu Lintas
Parameter
lalu lintas adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai tolak ukur dari kegiatan
lalu lintas. Arus lalu lintas terjadi karena adanya mobilisasi dari manusia
ataupun barang. Hal ini terjadi karena adanya kepentingan kebutuhan dari
manusia yang tidak dapat terpenuhi hanya di tempat itu. Mobilitas ini
menyebabkan adanya konflik di jalan. Setiap orang menginginkan akses yang baik
yang dapat menunjang mobolitasnya.
Dalam bab ini akan diuraikan parameter yang
mempengaruhi lalu lintas itu sendiri, yaitu
arus (flow), kecepatan (speed), dan kerapatan (density).
2.1.1. Arus (flow)
Arus adalah jumlah kendaraan yang
melintas ruas jalan pada waktu tertentu (pendek) dengan membedakan arah dan
lajur yang dinyatakan dalam smp/ waktu atau kendaraan/ waktu.
Elemen-elemen
Arus Lalu Lintas terdiri dari karakteristik pemakai jalan, yang termasuk di
dalamnya yaitu; penglihatan dari seorang pengendara, waktu persepsi dan reaksi
serta karakteristik lain yang dimiliki oleh seorang pengendara. Yang kedua
adalah kendaraan itu sendiri, yang termasuk di dalamnya yaitu; kendaraan
rencana, kinerja percepatan kendaraan, kemampuan mengerem kendaraan, dan
persamaan jarak mengerem dan reaksi. Serta yang ketiga adalah jalan menurut
klasifikasi dan ciri geometrik jalan itu sendiri.
Karakteristik
arus lalu lintas dapat dijabarkan dalam bebagai variasi, diantaranya variasi
arus dalam waktu yang meliputi; variasi arus lalu lintas bulanan, variasi arus
lalu lintas harian, variasi arus lalu lintas jam-jaman, variasi arus lalu
lintas kurang dari satu jam, volume jam perancangan, dan volume perancangan
menurut arah. Kemudian variasi arus dalam ruang dan variasi arus terhadap jenis
kendaraan.
2.12.
Kecepatan (speed)
Kecepaan
didefinisikan sebagai tingkat gerakan di dalam suatu jarak tertentu dalam satu
satuan waktu, yang dinyatakan dengan rumus
V = 

Dengan,
V = kecepatan (km/jam)
d = Jarak perjalanan (km)
t = waktu perjalanan (jam)
Dalam
suatu pergerakan kecepatan dari setiap kendaraan tidak mungkin akan sama, hal
ini disebabkan dari karakteristik pengemudi yang berbeda-beda sehingga arus
lalu lintas tidak mempunyai sifat kecepatan yag tunggal akan tetapi dalam
bentuk distribusi kecepatan kendaraan individual. Dari distribusi kecepatan
kendaraan secara diskrit suatu nilai rata–rata atau tipikal digunakan untuk
mengidentifikasikan arus lalu lintas secara menyeluruh.
Terdapat
3 jenis klasifikasi kecepatan yang digunakan yaitu :
a.
Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu
kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan.
b.
Kecepatan bergerak (Running Speed), yaitu
kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak
(tidak termasuk waktu berhenti ) yang didapatkan dengan membagi panjang jalur
yang ditempuh dengan waktu kendaraan bergerak menempuh jalur tersebut.
c.
Kecepatan perjalanan (Jeourney Speed), yaitu
kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat,
yang merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan
untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu
ini mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan lalu lintas.
Ada dua jenis analisis kecepatan yang
dipakai pada studi kecepatan arus lalu-lintas yaitu :
a.
Time mean speed (TMS),
yaitu rata-rata kecepatan dari seluruh kendaraan yang melewati suatu titik pada
jalan selama periode waktu tertentu.
b.
Space mean speed (SMS),
yaitu rata-rata kecepatan kendaraan yang menempati suatu segmen atau bagian
jalan pada interval waktu tertentu.
Perbedaan analisis dari kedua jenis
kecepatan di atas adalah bahwa TMS adalah pengukuran titik, sementara SMS
pengukuran berkenaan dengan panjang jalan atau lajur.
2.1.3. Kerapatan
Kerapatan adalah jumlah kendaraan
yang menempati suatu panjang jalan atau lajur dalam kendaraan per km atau
kendaraan per km per lajur. Nilai kerapatan dihitung berdasarkan nilai
kecepatan dan arus, karena sulit diukur dilapangan. Biasanya
diperlukan titik ketinggian yang cukup sehingga kendaraan dapat diamati dalam
suatu ruas tertentu. Namun demikian kepadatan dapat dihitung dari kecepatan dan
volume, yang memunyai bentuk hubungan seperti ditunjukkan pada rumus berikut.
F = S x D
Dengan,
F = Arus lalu lintas (smp/jam atau
kend/jam)
S = kecepatan tengah berdasarkan ruang
(km/jam)
D = kepadatan (smp/km atau kend/km)
Adapun hubungan antara tiga variable yang sudah dibahas yaitu;
1.
Kecepatan dengan Kerapatan
2.
Arus dengan Kecepatan
3.
Arus dengan Kerapatan
Atau dapat ditunjukan seperti
pada gambar dibawah ini.
![]() |
Dari kurva diatas terlihat bahwa;
Hubungan antara kecepatan dan
kerapatan menunjukan bahwa kecepatan akan menurun apabila kerapatan bertambah,
kecepatan arus bebas akan terjadi apabila kerapatan sama dengan nol, dan pada
saat kecepatan sama dengan nol maka terjadi kemacetan (jam density)
Hubungan mendasar antara arus
dan kecepatannya adalah dengan bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan
rata-rata ruangannya tercapai. Setelah tercapai arus maksimum maka kecepatan
rata-rata ruang dan arus akan berkurang. Jadi kurva ini menggambarkan dua
kondisi yang berbeda dimana lengan atas untuk kondisi stabil sedangkan lengan
bawah menunjukan kondisi arus padat.
Hubungan antara arus dan
kerapatan memperlihatkan bahwa kerapatan akan bertambah apabila volumenya juga
bertambah. Volume maksimum terjadi pada saat kerapatan mencapai titik Dm
(kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai titik ini volume akan
menurun walaupun kerapatan bertambah sampai terjadi kemacetan di titi Dj.
2.2. Tingkat
Pelayanan
Tingkat
pelayanan (level of service) adalah
ukuran kinerja ruas jalan atau simpang jalan yang dihitung berdasarkan tingkat
penggunaan jalan, kecepatan, kepadatan dan hambatan yang terjadi. Dalam bentuk
matematis tingkat pelayanan jalan ditunjukkan dengan V-C Ratio versus kecepatan
(V = volume lalu lintas, C = kapasitas jalan).
2.21
Volume
Volume
adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau segmen jalan selama
selang waktu tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian, jam-jaman
atau sub jam. Volume lalu-lintas yang diekspresikan dibawah satu jam (sub jam)
seperti, 15 menitan dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus.
Untuk mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe
kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam
satuan mobil penumpang (smp). Konversi kendaraan ke dalam smp diperlukan angka
faktor ekivalen untuk berbagai jenis kendaraan. Faktor ekivalen mobil penumpang
(emp) ditabulasi pada Tabel 1.
Tipe jalan tak
terbagi
|
Arus lalu lintas
|
Emp
|
|||
total dua arah
|
HV
|
MC
|
|||
(kendaraan/jam)
|
Lebar jalur
lalu-lintas
|
||||
|
|
|
< 6m
|
> 6m
|
|
Dua lajur
tak-terbagi
|
0
|
1.3
|
0.5
|
0.4
|
|
(2/2 UD)
|
≥ 1800
|
1.2
|
0.35
|
0.25
|
|
Empat lajur
tak-terbagi
|
0
|
1.3
|
0.4
|
|
|
(4/2 UD)
|
≥ 3700
|
1.2
|
0.25
|
|
|
Namun
demikian pengamatan lalu lintas ini diharapkan selama 24 jam perhari yang
biasanya untuk mengetahui terjadinya volume jam puncak (VJP) sepanjang jam
kerja baik itu pagi, siang maupun sore. Biasanya volume jam puncak diukur untuk
masing – masing arah secara terpisah. VJP digunakan sebagai dasar untuk
perancangan jalan raya dan berbagai macam analisis operasional. Jalan raya
harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu melayani pada saat lalu lintas
konsisi VJP. Untuk analisis operasional, apakah itu terkait dengan
pengendalian, keselamatan, kapasitas, maka jalan raya harus mampu mengakomodasi
kondisi ketika VJP. Di dalam perancangan VJP kadang – kadang diestimasi dari
proyeksi LHR sebagaimana ditunjukkan pada rumus :
VJRD =
LHR x K x D
Dengan,
VJRD = Volume rancangan berdasarkan arah
(smp/hari)
LHR = lalu lintas harian rata – rata (smp/hari)
K = proporsi lalu lintas harian yang
terjadi selama jam puncak
D = proporsi lalu lintas jam puncak dalam
suatu arah tertentu
Menurut McShane
dan Roess (1990), dalam kegunaan untuk perancangan nilai K sering dinyatakan
dalam bentuk proporsi LHR pada jam puncak tertinggi yang ke 30 selama satu
tahun. Volume jam puncak tertinggi yang ke 30 sering digunakan untuk
perancangan dan analisis pada jalan raya luar kota, namun demikian untuk jalan
perkotaan digunakan volume jam puncak tertinggi yang ke 50. Faktor D lebih
bervariasi di mana pembangkit lalu lintas utama pada suatu kawasan untuk
kawasan perkotaan misalnya nilai D berkisar antara 0,5 sampai 0,6.
2.22
Kapasitas
Kapasitas
adalah arus lalu-lintas maksimum yang dapat dipertahankan (tetap) pada suatu
bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya: rencana geometrik, lingkungan,
komposisi lalu-lintas dan sebagainya. Catatan: Biasanya dinyatakan dalarn
kend/jam atau smp/jam). Kapasitas harian sebaiknya tidak digunakan sebagai
ukuran karena akan bervariasi sesuai dengan faktor-k.
Pengukuran kualitatif yang menyatakan operasional lalu lintas
dan pandangannya oleh pengemudi, dibutuhkan untuk memperkirakan tingkat
kemacetan pada fasilitas jalan raya. Pengukuran tingkat pelayanan jalan
didasarkan pada tingkat pelayanan dan dimaksudkan untuk memperoleh
faktor-faktor, yaitu; kecepatan, waktu perjalanan, kebebasan bergerak dan
keamanan. Tingkat pelayanan memiliki selang dari A sampai dengan F. tingkat
pelayanan A mewakili ondisi operasi pelayanan terbaik dan tingkat pelayanan F
mewakili operasi pelayanan terburuk.
2.23.1. Ukuran
Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan suatu jalan menunjukkan kualitas jalan diukur
dari beberapa faktor yaitu :





2.23.2. Klasifikasi Tingkat Pelayanan
Berkaitan dengan kecepatan operasi atau fasilitas jalan yang
tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas. Dipakai oleh HCM.
Tingkat pelayanan ditentukan dalam suatu skala yang terdiri dari enam tingkat
pada kisaran A sampai dengan F. Oglesby (1990) menerangkan bahwa kondisi
operasi dari berbagai tingkat pelayanan jalan adalah sebagai berikut:
a.
Tingkat pelayanan A (Free Flow)
LOS A
mewakili free flow. Pengguna jalan tidak dipengaruhi oleh keberadaan variable
lain dalam arus lalu lintas. Kebebasan memilih kecepatan yang diinginkan dan
kebebasan bergerak dalam arus lalu lintas yang sangata besar. Tingkat
kenyamanan dan keandalan secara umu yang dibutuhkan oleh pengendara atau
penumpang sangat baik. Tingkat pelayanan A dapat dikondisikan seperti :
1.
arus
bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;
2.
kepadatan
lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat dikendalikan oleh
pengemudi berdasarkan batasan kecepatan maksimum/minimum dan kondisi fisik
jalan;
3.
pengemudi
dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa atau dengan sedikit
tundaan.
b.
Tingkat Pelayanan B (Stable Flow – Rural Road Design)
LOS B berada dalam selang arus stabil,
tetapi keberadaan pengguna laindalam arus lalu lintas mulai terasa. Kebebasan
memilih kecepatan yang diinginkan relative terpengaruh, tetapi terdapat sedikit
penurunan dalam kebebasan bergerak dalam arus lalu lintas dibandingkan LOS A.
tingkat kenyamanan dan keandalan jga agak kurang dari pada LOS karena keberadaan variable lain dalam arus
lalu lintas mulai mempengaruhi keberadaan individu. Tingkat pelayanan A dapat
dikondisikan seperti :
1.
arus
stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi oleh
kondisi lalu lintas;
2.
kepadatan
lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum memengaruhi kecepatan;
3.
pengemudi
masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan lajur jalan yang
digunakan.
c.
Tingkat pelayanan C (Stable Flow – Urban Road Design)
LOS C berada dalam selang arus stabil, tetapi ditandai dengan
awal operasi pengguna individu yang dipengaruhi oleh interaksi lain dalam arus
lalu lintas. Pemilihan kecepatan bergerak dalam arus lalu lintas memerlukan
kewaspadaan masung –masing pengguna. Tingkat kenyamanan dan keandalan umumnya
menurun pada LOS C. Tingkat pelayanan C dapat dikondisikan seperti:
1. arus stabil tetapi kecepatan dan
pergerakan kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang lebih tinggi;
2. kepadatan lalu lintas sedang karena
hambatan internal lalu lintas meningkat;
3. pengemudi memiliki keterbatasan
untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului.
d.
Tingkat pelayanan D (Approach Unstable Flow)
LOS D mewakili kepadatan tinggi, tetapi arus stabil. Kecepatan
dan kebebasan bergerak terbatas secara acak dan pengalaman pengemudi umumnya
mewakili tingkat kenyamanan dan keandalan yang buruk. Sedikit penambahan arus
lalu lintas umumnya menyebabkan masalah operasional pada LOS D. Tingkat
pelayanan D dapat dikondisikan seperti :
1. arus mendekati tidak stabil dengan
volume lalu lintas tinggi dan kecepatan masih ditolerir namun sangat
terpengaruh oleh perubahan kondisi arus;
2. kepadatan lalu lintas sedang namun
fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan
kecepatan yang besar;
3. pengemudi memiliki kebebasan yang
sangat terbatas dalam menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi
ini masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat.
e.
Tingkat pelayanan E (Unstable Flow – Some Stops and Starts)
LOS E mewakili kondisi opera sinal pada atau dekat dengan
tingkat kapasitas. Semua kecepatan menurun ke nilai yang kecil, tetapi relative
seragam. Kebebasan bergerak dalam lalu lintas sangat sulit dan secara umum untuk
melakukan pergerakan kendaraan dilakukan dengan cara memaksa kendaraan lain
member jalan untuk pergerakan kendaraan. Tingkat kenyamanan dan keandalan
sangat buruk sehingga jumlah pengemudi yang frustasi umumnya tinggi.
Operasional LOS E biasanya tidak stabil, karena sedikit peningkatan arus atau
gangguan kecil dalam arus menyebabkan gangguan pada arus secara keseluruhan.
Tingkat pelayanan E dapat dikondisikan seperti :
1. arus lebih rendah daripada tingkat
pelayanan D dengan volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan dan kecepatan
sangat rendah;
2. kepadatan lalu lintas tinggi karena
hambatan internal lalu lintas tinggi;
3. pengemudi mulai merasakan
kemacetan-kemacetan durasi pendek.
f.
Tingkat pelayanan F (Forced Flow – Stops, Queues, Jams)
LOS F digunakan untuk mendefinisikan
arus lalu lintas yang dipaksakan atau buruk. Kondisi LOS Fterjadi jika jumlah
lalu lintas menuju suatu titik nilai tertentu yang dapat menghentikan arus lalu
lintas.
V/C RASIO
|
Tingkat Pelayanan
|
Keterangan
|
jalan
|
||
< 0.60
|
A
|
Arus lancar, volume rendah,
kecepatan
|
tinggi
|
||
0.60 - 0.70
|
B
|
Arus stabil, kecepatan terbatas,
volume
|
sesuai untuk jalan luar kota
|
||
0.70 - 0.80
|
C
|
Arus stabil, kecepatan dipengaruhi
oleh
|
lalu lintas, volume sesuai untuk
jalan kota
|
||
0.80 - 0.90
|
D
|
mendekati arus tidak stabil,
kecepatan
|
rendah
|
||
0.90 - 1.00
|
E
|
Arus tidak stabil, kecepatan
rendah,
|
volume padat atau mendekati
kapasitas
|
||
> 1.00
|
F
|
Arus yang terhambat, kecepatan
rendah,
|
volume diatas kapasitas, banyak
berhenti
|
2.3. Metode Analisis Simpang Bersinyal
Simpang
adalah suatu area kritis pada suatu jalan raya yang merupakan titik konflik dan
tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro, 1973).
Karena merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir semua
simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. Untuk menganalisis
simpang bersinyal ada beberapa cara yaitu salah satunya metode akcelik dan
sidra.
2.3.1. Metode akcelik
Metode
hasil pengembangan lebih lanjut dari Rahmi Akcelik, sebenarnya didasarkan pada
kerangka dasar desain terdahulu (Miller 1968b; Webster and Cobbe 1966). Akcelik
mengubah teknik tradisional yang didasarkan atas metode phase-related kepada
pendekatan movement-related. Salah satu aspek penting di sini, adalah
penggunaan konsep movement lost time, sebagai pengganti phase lost
time. Juga penerapan waktu hilang persimpangan (intersection lost time),
yang didefinisikan sebagai jumlah waktu hilang pergerakan kritis, mengganti
konsep jumlah waktu hilang seluruh fase. Pendekatan baru ini membuat pengertian
lebih jelas atas hubungan pergerakan dan karakteristik fase sinyal serta
memungkinkan penanganan terhadap sistem sinyal yang kompleks dengan multi-fase.
Menurut
Akcelik, setiap antrian yang terpisah (separate queue) yang sedang
menuju persimpangan, lalu diklasifikasi berdasarkan arah, penggunaan lajur dan
penyediaan hak berjalan melintasi persimpangan, dikategorikan sebagai suatu
pergerakan (movement). Dan pengalokasian hak berjalan bagi pergerakan
individual ditentukan berdasarkan pengaturan fase sinyal. Pergerakan dari
masing-masing pendekat didasarkan atas hak berjalan tersendiri (pengaturan
fase) dan alokasi lajur dengan karakteristik penggunaannya. Ini berarti bahwa
setiap pergerakan memiliki karakteristik pengaturan sinyal tersendiri, berikut
lajur menunggu maupun keluar untuk meninggalkan persimpangan.
2.3.2. Metode Sidra
Sidra Intersection
(sebelumnya disebut Sidra dan aaSIDRA) adalah paket perangkat lunak yang
digunakan untuk persimpangan (junction) kapasitas, tingkat layanan dan analisis
kinerja oleh lalu lintas desain, operasi dan profesional perencanaan. Pertama
kali dirilis pada tahun 1984, telah dalam pembangunan berkelanjutan dalam
menanggapi umpan balik pengguna. Sebuah versi dengan kemampuan jaringan
pemodelan saat ini sedang dalam pembangunan.
Sidra Persimpangan
merupakan alat evaluasi lalu lintas mikro-analitis yang menggunakan
jalur-by-jalur dan model kendaraan berkendara siklus. Hal ini dapat digunakan
untuk membandingkan pengobatan alternatif yang melibatkan persimpangan
bersinyal, bundaran (tanpa lampu), bundaran dengan sinyal metering, dua arah
berhenti dan memberikan arah (yield) Kontrol tanda, semua arah (4-way dan
3-way) menghentikan kontrol tanda, penggabungan, single-titik susun perkotaan,
segmen jalan bebas hambatan dasar dan bersinyal dan penyeberangan tengah-tengah
blok tanpa lampu lalu lintas untuk pejalan kaki.
Di Australia dan
Selandia Baru, Sidra temu didukung oleh Austroads. Di Amerika Serikat, Sidra
temu diakui oleh US Manual Kapasitas Jalan TRB / FHWA 2010 Panduan Roundabout
(NCHRP Laporkan 672) dan berbagai panduan bundaran lokal.
3.1. Kesimpulan
Karakteristik dasar lalu lintas merupakan unsur
pembentuk aliran lalu lintas mempunyai pola hubungan yang dapat diuraikan
sebagai berikut;
Hubungan antara kecepatan dan kerapatan
menunjukan bahwa kecepatan akan menurun apabila kerapatan bertambah, kecepatan
arus bebas akan terjadi apabila kerapatan sama dengan nol, dan pada saat
kecepatan sama dengan nol maka terjadi kemacetan (jam density)
Hubungan mendasar antara arus
dan kecepatannya adalah dengan bertambahnya volume lalu lintas maka kecepatan
rata-rata ruangannya tercapai. Setelah tercapai arus maksimum maka kecepatan
rata-rata ruang dan arus akan berkurang. Jadi kurva ini menggambarkan dua
kondisi yang berbeda dimana lengan atas untuk kondisi stabil sedangkan lengan
bawah menunjukan kondisi arus padat.
Hubungan
antara arus dan kerapatan memperlihatkan bahwa kerapatan akan bertambah apabila
volumenya juga bertambah. Volume maksimum terjadi pada saat kerapatan mencapai
titik Dm (kapasitas jalur jalan sudah tercapai). Setelah mencapai titik ini
volume akan menurun walaupun kerapatan bertambah sampai terjadi kemacetan di
titi Dj.
Hubungan antara volume dan kapasitas yaitu ketika
kapasitas semakin besar maka volume yang dapat ditampung akan semakin besar
pula. Ketika volume terlalu besar dan kapasitas jalan tidak sanggup untuk
menampung jumlah kendaraan maka akan terjadi over load pada jalan dan bisa
mengakibatkan terjadinya kemacetan (jam
density).
Metode
analisis akcelik mengubah teknik tradisional yang didasarkan atas metode phase-related
kepada pendekatan movement-related. Salah satu aspek penting adalah
penggunaan konsep movement lost time, sebagai pengganti phase lost
time. Juga penerapan waktu hilang persimpangan (intersection lost time),
yang didefinisikan sebagai jumlah waktu hilang pergerakan kritis, mengganti
konsep jumlah waktu hilang seluruh fase. Pendekatan baru ini membuat pengertian
lebih jelas atas hubungan pergerakan dan karakteristik fase sinyal serta memungkinkan
penanganan terhadap sistem sinyal yang kompleks dengan multi-fase.
Sidra
Intersection (sebelumnya disebut Sidra dan aaSIDRA) adalah paket perangkat
lunak yang digunakan untuk persimpangan (junction) kapasitas, tingkat layanan
dan analisis kinerja oleh lalu lintas desain, operasi dan profesional
perencanaan.
Permasalahan
lalu lintas adalah perihal yang akan selalu dimintakan upaya untuk pembenahan
terhadapnya. Dalam upaya mengatasi masalah lalu lintas tersebut dibutuhkan
perencanaan yang matang agar ketika kebijakan atau hasil rencana tersebut
diaplikasikan ke dalam kenyataan hal itu benar-benar memberikan manfaat dan
solusi atas permasalahan yang terjadi di lapangan.
Komentar
Posting Komentar