KARAKTERISTIK LALU LINTAS
NAMA : WA ODE SRI WAHYUNINGSIH
NPM : 17630104
KARAKTERISTIK LALU LINTAS
Karakteristik pengguna jalan bervariasi dari satu orang ke orang lain,
baik karakteristik mentalnya maupun karakteristik phisik pengguna jalan. Dalam
merancang lalu lintas perlu dipahami karaktaristik pengguna agar bisa
menggunakan semua variabel karakteristik pengguna jalan dalam merencanakan,
mengoperasikan serta mengendalikan lalu lintas yang aman, aman, efisien dan
berwawasan lingkungan. Karakteristik pengguna jalan merupakan bagian yang
sangat penting untuk diketahu oleh para perencana lalu lintas. Pemahaman
karakteristik pengguna jalan perlu dibedakan antara pengguna kendaraan dan
pejalan kaki. Ada empat karakteristik
yang mempengaruhi mental seorang pengemudi, yaitu secara
kecerdasan/inteligensia, motivasi, belajar dan emosi.
Kecerdasan
Istilah kecerdasan diturunkan dari kata
inteligensi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inteligensi adalah kemampuan
berurusan dengan abstraksi- abstraksi mempelajari suatu kemampuan menangani
situasi- situasi baru.
Secara umum, kecerdasan (inteligensi)[3] merupakan
suatu konsep abstrak yang diukur secara tidak langsung oleh para psikolog
melalui tes inteligensi untuk mengestimasi proses intelektual / kesanggupan
mental untuk memahami, menganalisis secara kritis cermat dan teliti, serta
menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan efisien, sehingga kajian-kajian
kecelakaan yang terkait dengan kecerdasan menunjukkan semakin tinggi kecerdasan
akan semakin baik[4] menganalisis
keadaan untuk mengambil langkah pengemudian kendaraan yang lebih tepat.
Motivasi
Pertimbangan motivasi untuk melakukan
perjalanan merupakan bagian dasar perencanaan lalu lintas. Motivasi dipengaruhi
oleh kelelahan suasana bathin pengemudi dan kejenuhan sehingga pengemudi
menjadi kurang hati-hati dan beresiko terhadap kecelakaan.
Upaya meningkatkan motivasi dilakukan melalui
pendekatan keagamaan, pendidikan, reward dan punishment kepada pengemudi.
Punishment bisa dilakukan oleh aparat penegak hukum melalui penegakan hukum
yang tegas, khusus untuk perusahaan angkutan umum atau supir perusahaan
diakukan dengan penetapan aturan perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan. Untuk
pelaksanaannya dapat menggunakan sistem informasi moder yang memanfaatkan
satelit GSM, tapi dilain pihak untuk meningkatkan motivasi perlu memberikan
insentif.
Belajar
Untuk bisa mengendalikan kendaraan dalam lalu
lintas dengan sempurna, pengguna jalan senantiasa harus meningkatkan
keahliaannya dan pengetahuannya. Semakin berpengalaman seorang pengemudi
semakin mulus mengemudikan kendaraannya dan semakin rendah pelanggaran yang
dilakukannya, dengan catatan bahwa pengemudi senantiasa diawasi oleh aparat,
dan diambil tindakan kalau melakukan pelanggaran.
Emosi
Emosi seorang pengemudi akan mempengaruhi
keputusan yang akan dibuatnya atas dasar pengalaman yang dimilikinya,
kecerdasannya serta pengendalian yang dilakukan atas jalannya operasional lalu
lintas. Usia seseorang juga mempengaruhi emosi dalam berlalu lintas. Seorang
pejalan kaki yang sedang menyeberang akan mempunyai reaksi yang berbedaa antara
kelompok orang tua (manula), kelompok orang dengan usia produktif dan kelompok
usia anak-anak.
Karakteristik phisik
Karakteristik phisik yang paling penting dari
seorang pengemudi adalah kemampuannya untuk bisa melihat dengan jelas objek
tetap berupa jalan dan perlengkapan diatasnya yang mencakup bidang
penglihatannya dan buta warna.
Penglihatan
Bidang penglihatan
Bidang penglihatan mata
Bidang pelinghatan dapat dikelompokkan atas:
·
Kerucut penglihatan tajam 3°
sampai 10° disekitar pusat pandangan yang biasanya digunakan untuk membaca,
terfokus pada objek yang dilihat.
·
Kerucut cukup jelas 10° to
12° disekitar pusat pandangan warna dan bentuk dapat terlihat dengan jelas,
rambu dipinggir jalan terlihat.
·
Pandangan sekeliling 90°
kekiri kanan pusat pandangan, adanya pergerakan disini masih terdeteksi. Sudut
pandang semakin mengecil dengan bertambahnya kecepatan, khususnya kalau melihat
dari ruang kemudi seperti ditunjukkan dalam gambar[6] berikut:
Titik Buta
Kendaraan biru bisa melihat kendaraan hijau tetapi tidak bisa
melihat kendaraan merah (di titik buta) melalui cermin yang ada di kendaraan
Titik buta dalam berkendara adalah bagian dari sekeliling kita
yang tidak bisa kelihatan pada saat mengemudikan kendaraan, karena beberapa
alasan seperti jangkauan pandangan yang terbatas cermin[7],
terhalang oleh muatan yang dibawa. Titik buta mobil penumpang adalah
di sebelah kiri dan kanan pengemudi seperti ditunjukkan dalam gambar. Untuk
kendaraan box, truk dan truk peti kemas, pandangan melalui cermin tengah tidak
ada jadi mereka tergantung kepada cermin pintu. Kendaraan yang tinggi seperti
bus, truk tidak bisa melihat di sekitar mereka yang rendah.
Letak titik buta
Letak titik buta tergantung kepada jenis
kendaraan yang digunakan. Titik buta mobil penumpang adalah di sebelah kiri dan
kanan pengemudi seperti ditunjukkan dalam gambar. Untuk kendaraan box,
pandangan melalui cermin tengah tidak ada jadi mereka tergantung kepada cermin
pintu. Kendaraan yang tinggi tidak bisa melihat di sekitar mereka yang rendah.
Titik buta truk trailer
Truk dengan kereta gandengan dan truk dengan
kereta tempelan juga mempunyai kelemahan dalam melihat kaca sepion terutama
pada saat membelok, yang mengaikibatkan dia tidak bisa melihat apa yang terjadi
di belakangnya, selain itu kendaraan lain juga bisa berjalan terlalu dekat di
belakang truk trailer untuk berlindung dari terpaan angin, dan hal ini sangat
berbahaya sebab kendaraan yang di belakang tidak mengetahui kalau tiba-tiba
truk trailer yang di depan mengerem kendaraannya. Sangatlah penting agar
pengemudi trailer mengetahui anda berada di belakang.
Langkah untuk mengurangi pengaruh titik buta
Tiga buah cermin yang dipergunakan untuk memperluas pandangan
pengemudi
Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh titik buta antara lain dengan:
·
menggunakan cermin cembung
untuk memperluas pandangan,
·
menggunakan beberapa cermin
sekaligus, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan
disekeliling kendaraan,
·
cermin di belakang yang
biasa digunakan pada minibus,
·
ataupun yang modern adalah
penggunaan kamera video[8] sehingga
dapat melihat kondisi di belakang kendaraan secara lebih jelas, bahkan ada
layar yang ditempatkan didashboard dilengkapi dengan lintasan yang akan dilewati.
·
sensor jarak yang
dipergunakan pada saat kendaraan sedang berjalan ataupun berjalan mundur.
Reaksi pengemudi
Kendaraan yang bergerak tidak bisa dihentikan
seketika tetapi melalui suatu proses yang terkait dengan waktu reaksi sebelum
mengambil langkah, semakin cepat kendaraan berjalan akan semakin rawan terhadap
terjadinya kecelakaan.
Waktu Reaksi
Waktu yang diperlukan antara melihat suatu
kejadian, mengolah informasi tersebut diotak untuk kemudian mengambil reaksi
disebut sebagai waktu reaksi, atau didalam berbagai referensi disebut sebagai
PIEV sebagai singkatan dari Perception, Intelection, Emotion dan Volition.
·
Perception, merupakan saat
pandangan mata yang menangkap adanya suatu keadaan/ancaman dihadapan pengemudi.
·
Intelection, informasi yang
diperoleh mata selanjutnya dikirim ke otak oleh syaraf mata, informasi diolah
oleh otak dengan menggunakan kecerdasan otak dengan menggunakan ingatan masa
lalu ataupun analisis keadaan.
·
Emotion, pengambilan
keputusan diotak, mengenai langkah yang akan dilakukan untuk menghadapi
keadaan/ancaman dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang sering-sering
dipengaruhi oleh emosional pengemudi.
·
Volition, merupakan
instruksi yang telah diolah untuk diteruskan melalui syaraf kepada tindakan
yang akan diambil oleh tangan, dan kaki pengemudi.
Waktu PIEV seorang pengemudi rata-rata 2,5
detik tetapi dapat lebih cepat pada orang-orang tertentu seperti pembalap yang
harus mengambil tindakan/langkah dengan sangat cepat dan lebih lama pada
orang-orang yang lebih tua, minum obat, kelelahan, gangguan phisik pada
penderita cacat, cuaca.
Besarnya waktu reaksi ini penting dalam merancang
berbagai perangkat lalu lintas seperti pada survai arus jenuh pada
persimpangan, dalam perhitungan waktu hijau/merah pada Alat Pengendali Isyarat
Lalu Lintas (APILL), penempatan rambu dan lain sebagainya.
Jarak reaksi
Dengan diketahuinya waktu reaksi maka dapat
dihitung jarak yang ditempuh kendaraan sebelum pengemudi bereaksi dengan
menggunakan rumus berikut:
dimana:
d =
jarak reaksi, m
t =
waktu reaksi, detik
S =
kecepatan awal kendaraan, km/jam
Kecepatan rata-rata ruang digunakan untuk mengevaluasi kinerja tingkat efektivitas dari suatu sistem lalu-lintas, yang terkait dengan tundaan, antara lain meliputi: penilaian efisiensi rute dalam lalu-lintas, identifikasi lokasi kemacetan dalam sistem jalan utama, pendefinisian kemacetan menurut lokasi, evaluasi efektivitas perbaikan (sebelum dan sesudah), perhitungan biaya pengguna jalan, perhitungan tingkat pelayan dan kapasitas untuk arus lalu-lintas menerus, untuk pengembangan model dalam perencanaan transportasi (trip distribution dan trip assignment).
Terdapat 3 (tiga) karakteristik utama dari lalu-lintas, yaitu: arus, kecepatan dan konsentrasi (Daniel L dan Mathew
J.H, 1975).
Arus
Lalu-lintas atau Volume Lalu-lintas (Q) adalah jumlah kendaraan
berdasarkan satuan waktu yang dirumuskan dengan:
q = N/T
……………………………………………………………….(1)
dimana:
N = jumlah kendaraan yang melintasi titik tertentu,
T = satuan waktu tertentu.
Umumnya
dalam praktek teknik lalu-lintas, perhitungan arus atau volume lalu-lintas
dilakukan dalam interval waktu 1 jam atau 15 menit.
Untuk lebih
memahami tentang arus lalu-lintas, perlu juga dipahami tentang apa yang disebut
sebagai “headway”.
“Headway” adalah
ukuran interval waktu kedatangan antara kendaraan (diukur pada titik bagian
depan kendaraan, misal: bumper) yang
melintasi titik tertentu, yang dirumuskan dengan:
q =
1/ h …………………………………………………………(2)
dimana: q = arus/volume lalu-lintas,
h = mean
headway.
Kecepatan
rata-rata adalah ukuran yang penting dari kinerja lalu-lintas, yang dinyatakan
dalam kilometer/jam atau mil/jam. Terdapat dua jenis kecepatan rata-rata, yakni:
kecepatan sesaat rata-rata (spot speed) atau time mean speed, dan kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) atau travel time.
Kecepatan
sesaat rata-rata (spot speed) yaitu nilai
rata-rata dari serangkaian kecepatan sesaat dari individu kendaraan yang
melintasi titik tertentu pada suatu ruas jalan, yang dirumuskan dengan:
ut = 1/N Σ u(1-n) ……………………………………………..(3)
dimana:
ut = Kecepatan
sesaat rata-rata (spot speed)
N =
Jumlah kendaraan
u(1-n) =
Kecepatan individu kendaraan.
Kecepatan
sesaat digunakan untuk mengevaluasi kinerja sistem pengoperasian dari perangkat
pengaturan lalu-lintas dan teknik lalu-lintas, seperti: penentuan
peraturan lalu-lintas dan peralatan kontrolnya, studi pada lokasi rawan
kecelakaan, dan untuk menentukan elemen-elemen desain geometrik jalan raya.
Kecepatan
rata-rata ruang (space mean speed) yaitu
kecepatan rata-rata waktu tempuh kendaraan, yang dirumuskan dengan:
us = D / t …………………………………………………….. (4)
dimana:
us = Kecepatan rata-rata ruang (space mean speed)
D = Jarak
t =
waktu tempuh rata-rata
Kecepatan rata-rata ruang digunakan untuk mengevaluasi kinerja tingkat efektivitas dari suatu sistem lalu-lintas, yang terkait dengan tundaan, antara lain meliputi: penilaian efisiensi rute dalam lalu-lintas, identifikasi lokasi kemacetan dalam sistem jalan utama, pendefinisian kemacetan menurut lokasi, evaluasi efektivitas perbaikan (sebelum dan sesudah), perhitungan biaya pengguna jalan, perhitungan tingkat pelayan dan kapasitas untuk arus lalu-lintas menerus, untuk pengembangan model dalam perencanaan transportasi (trip distribution dan trip assignment).
Konsentrasi adalah
jumlah kendaraan per satuan jarak, dan diestimasikan menggunakan persamaan:
k = q / us ………………………………………………………….(5)
dimana: k = Konsentrasi lalu-lintas
q = Arus/Volume lalu-lintas
us =
kecepatan rata-rata ruang (time mean speed)
B. Model Arus
Lalu-lintas (Traffic Stream Models)
Hubungan
antara variabel arus/volume lalu-lintas, kecepatan dan konsentrasi lalu-lintas
disebut sebagai model arus lalu-lintas (traffic stream models). Terdapat
beberapa model hubungan antara kecepatan dan konsentrasi sebagaimana yang akan
dijelaskan berikut ini (Daniel L dan Mathew J.H, 1975).
Model
Linier Kecepatan-Konsentrasi “Greenshields”,merupakan model yang sederhana dan
dirumuskan dengan:
u = ut (1 – k / kj) ……………………………………………….. (6)
dimana:
ut = kecepatan arus bebas (free flow speed) atau kecepatan pada saat volume
lalu-lintas sangat rendah.
kj =
konsentrasi pada saat lalu-lintas macet.
Model
Logaritmik Kecepatan-Konsentrasi, merupakan model yang dikembangkan
oleh Greenberg, dan dirumuskan dengan:
u = um ln (kj / k)
……………………………………………….. (7)
dimana:
um = adalah kecepatan pada arus/ volume
lalu-lintas maksimum (konstan).
Model
Kecepatan-Konsentrasi “Generalized Single Regime”,terdiri dari
beberapa model, meliputi: Model “Pipes-Munjal”, Model “Drew”, Model
“Car-Following”, Model Kurva “Bell-Shaped”.
Model
Kecepatan-Konsentrasi “Multiregime”, terdiri
dari beberapa model, meliputi: Model “Edie’s”, Model “Under Wood Two-Regime”, Model “Dick’s”, Model “Fitting Multiregime” (gambar 1).
Studi
tentang kapasitas jalan umumnya mengacu pada dua pendekatan utama, yaitu
berdasarkan model hubungan kecepatan-arus lalu-lintas (speed-flow relationship) pada saat konsentrasi
lalu-lintas rendah, dan “headway” pada
saat konsentrasi lalu-lintas tinggi. Lighthill dan Whitham (1964) mengusulkan
penggunaan kurva arus lalu-lintas-konsentrasi untuk menggabungkan dua
pendekatan tersebut. Beberapa fitur penting dari model ini adalah sebagai
berikut:
a. Pada saat konsentrasi adalah nol, maka kemungkinan
tidak ada arus lalu-lintas.
b. Pada saat konsentrasi tinggi, pengamat mungkin juga
tidak dapat mencatat arus lalu-lintas karena arus lalu-lintas berhenti.
c. Dengan demikian, kurva model ini akan berada diantara
dua titik nol dari fungsi arus lalu-lintas.
Gambar
1 – Model-model Kecepatan Konsentrasi
Lighthill
dan Whitham (1964) juga membahas tentang fenomena gelombang kejut (shockwaves) terkait dengan model arus
lalu-lintas-konsentrasi. Terdapat beberapa model hubungan antara arus
lalu-lintas dan konsentrasi (Daniel L dan Mathew J.H, 1975).
Model
Parabolik Arus Lalu-lintas – Konsentrasi, merupakan model yang
dirumuskan oleh Greenshields, sebagai berikut:
q = k u = k ut (1-k / kj) = u .k – ut k2/ kj ………………………….. (8)
Untuk
kondisi arus lalu-lintas maksimum digunakan turunan (diferensial) dari
persamaan, dengan penetapan dq/dk = 0, dan pendefinisian qm (arus
lalu-lintas maksimum) = ut kj / 4 = um kj / 2 ; km (konsentrasi maksimum) = kj / 2
dan um (kecepatan
maksimum) = ut / 2.
Model
Logaritmik Arus Lalu-lintas – Konsentrasi, merupakan model yang dirumuskan
oleh Greenberg (gambar 2), sebagai berikut:
q = k u = k um ln (kj / k) …………………………………………………. (9)
Untuk
kondisi arus lalu-lintas maksimum digunakan turunan (diferensial) dari
persamaan diatas, dengan km = kj / е ; um = um ; qm = um kj / e.
Gambar
2 – Model Logaritmik Arus Lalu-lintas-Konsentrasi
Model Arus
Lalu-lintas-Konsentrasi lainnya, meliputi: model arus
lalu-lintas-konsentrasi “Discontinous”, yang
merupakan model yang dikembangkan oleh Edie’s, dan model Arus
Lalu-lintas-Konsentrasi Khusus (gambar 3).
Model arus
lalu-lintas konsentrasi umumnya juga digunakan dalam mengkaji arus lalu-lintas
pada segmen ruas jalan yang menyempit (bottle-neck), dan
untuk pengendalian lalu-lintas pada jalan bebas hambatan. Berdasarkan
model-model kecepatan-konsentrasi (speed-concentration models) dapat
dikembangkan model hubungan antara kecepatan dan arus lalu-lintas (speed-flow models). Model ini memperlihatkan,
pada saat konsentrasi nol, kecepatan adalah maksimum (free flow speed), dan terdapat dua titik arus dimana
lalu-lintas sama dengan nol, yakni saat konsentrasi sama dengan nol dan saat
konsentrasi maksimum. Adapun diagram hubungan antara kecepatan dan
arus lalu-lintas ada yang berbentuk linier dan ada yang
berbentuk kurva (lihat gambar 4).
Gambar 3 – Model Arus Lalu-lintas-Konsentrasi “Discontinous”
Gambar
4 – Model Kecepatan-Arus Lalu-lintas
Highway
Capacity Manual (1985) menggunakan kurva kecepatan-arus
lalu-lintas (speed-flow curves) dan
konsentrasi untuk menetapkan tingkat pelayanan (level of
sevices) lalu-lintas.
C. Model Arus
Lalu-lintas “Hidrodinamik dan Kinematik”
Persamaan
kontinuitas dikembangkan untuk menjelaskan adanya
kemungkinan perbedaan perhitungan jumlah kendaraan antara 2 (dua) titik
pengamatan yang berdekatan pada suatu ruas jalan, dimana diantara 2 (dua) titik
pengamatan tersebut tidak ada kemungkinan pertambahan jumlah kendaraan.
Persamaan kontinuitas dirumuskan dengan:
∂q/∂x + ∂k/∂t = 0
……………………………………………………….. (10)
dimana: ∂q, ∂k = perbedaan hasil pengukuran q (arus) dan k konsentrasi)
antara titik pengamatan 1 dan 2.
∂x, ∂t
= jarak dan waktu tempuh antara titik pengamatan 1 dan 2.
Perilaku
lalu-lintas pada suatu ruas jalan yang menyempit (bottleneck)menyerupai gelombang
kejut (shock wave) dalam aliran air (fluida).
Keberadaan dan perilaku gelombang kejut didemonstrasikan oleh Lighthill dan
Witham (1964), tetapi penggunaan analisis gelombang lalu-lintas tidak terbatas
pada gelombang kejut (shock wave). Lighthill
dan Witham (1964) juga mendemonstrasikan beberapa masalah lalu-lintas yang
dapat dianalisa menggunakan asumsi sistem gelombang lalu-lintas. Terdapat
beberapa teknik analisis terkait dengan analisa gelombang lalu-lintas,
sebagaimana yang akan dijelaskan berikut ini.
1.
Fundamental dari Gerakan Gelombang Lalu-lintas
Gelombang
kejut (shock wave) didefinisikan sebagai gerakan
dari perubahan konsentrasi dan arus lalu-lintas, dimana dalam model ini
kecepatan pada garis batas terjadinya perubahan arus lalu-lintas dan
konsentrasi dirumuskan dengan:
uw =
(u2 k2 –
u1 k1) / (k2 –
k1) …………………………………………..
(11)
dimana: uw = kecepatan pada garis batas terjadinya
perubahan arus lalu-lintas dan konsentrasi
u1,2 =
kecepatan pada area 1 dan 2
k1,2 =
konsentrasi pada area 1 dan 2.
Persamaan
(2.11) di atas menunjukan bahwa uw adalah “slope” pada
garis penghubung antara titik 1 dan 2 pada diagram arus
lalu-lintas-konsentrasi.
2.
Akselerasi Dalam Pengamatan Aliran Lalu-lintas
Dengan
mengacu pada rumus fundamental gerakan gelombang lalu-lintas dapat dikaji
berbagai variasi akselerasi pada aliran lalu-lintas. Akselerasi lalu-lintas
yang dilihat oleh pengamat yang tidak bergerak dirumuskan dengan:
∂u/∂t
= du/dk . ∂k/∂t = [ – dw. du/dk ] . ∂k/∂x …………………..
(12)
dimana:
du/dt = akselerasi
aliran lalu-lintas yang dilihat oleh pengamat yang bergerak dalam aliran
lalu-lintas. Akselerasi positif apabila pengamat bergerak menuju area dengan
konsentrasi lebih rendah, dan negatif apabila pengamat bergerak menuju area
dengan konsentrasi lebih tinggi
∂u/∂t =
akselerasi aliran lalu-lintas yang dilihat oleh pengamat dari suatu titik
pengamatan tetap.
Kuantitas
angka yang ada di dalam kurung dapat diambil postif, negatif, atau nol.
3.
Perilaku Gelombang Kejut Untuk Model Kecepatan-Konsentrasi Spesifik.
Dengan
mengacu pada model kecepatan-konsentrasi “Green Shield” dapat dirumuskan:
uw = ut .[ 1 – ( ŋ1 + ŋ2) ] ………………………………………………….. (13)
dimana: uw = Kecepatan pada garis batas terjadinya
perubahan arus lalu-lintas dan konsentrasi dari suatu pergerakan yang tidak
kontinyu.
ut
= kecepatan arus bebas (free flow speed)
ŋ1, ŋ2 =
Normalisasi konsentrasi pada dua area dengan konsentrasi yang berbeda.
Normalisasi konsentrasi pada area 1 (ŋ1) = konsentrasi pada arus bebas dibagi konsentrasi
di area 1.
Dalam
Kasus Konsentrasi yang hampir Sama
Persamaan
menjadi: uw = ut (1 –
2ŋ) ……………………………………………….. (14)
Gelombang
Akibat Terjadiya Aliran Lalu-lintas Terhenti
Persamaan
menjadi: uw = ut [1 – (ŋ1 + 1)] = – ut ŋ1 ……………………………..
(15)
Gelombang
Pada Saat Aliran Lalu-lintas Mulai Bergerak
Persamaan
menjadi: ∂k/∂t + uw ∂k/∂x = 0 …………………………………………. (16)
Komentar
Posting Komentar